Pulih, Ketika Warna Memberikan Energi Positif Pada Kesehatan Jiwa
Tepat setahun yang lalu, beranda media sosial penuh dengan opini masyarakat tentang hadirnya film layar lebar yang mengangkat tentang kesehatan jiwa, Joker. Sang tokoh utama—Arthur Fleck, penderita kelainan otak yang sering kali mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Dalam keterbatasannya, lelaki usia 40-an itu masih bisa merawat sang ibu yang lanjut usia. Bahkan, ia bekerja menjadi badut untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sedangkan untuk kebutuhan obat-obatan, ia mendapatkannya dari program layanan sosial, meski akhirnya program itu dihentikan. Jalan cerita kehidupan yang complicated dari sang tokoh, menghadirkan bermacam-macam opini pro dan kontra dari netizen. Tentu saja semua karena berdasarkan sudut pandang masing-masing dan banyak faktor yang mempengaruhi. Namun, saat ini saya tidak akan menulis detail hal tersebut. Hanya saja ada yang lebih menarik bagi saya terkait kesehatan jiwa, terkait trauma masa lalu yang sedikit banyak juga menjadi salah satu pemicu kesehatan jiwa yang dialami oleh Arthur Fleck dalam film Joker.
TRAUMA MASA LALU
Disadari atau tidak, setiap manusia tentu pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan. Beberapa orang dapat dengan mudah berdamai dengan keadaan tersebut. Namun, tak sedikit pula yang terjebak hingga merasakan trauma, yaitu suatu keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani (sumber:Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Masalah kejiwaan menjadi salah satu perhatian utama untuk kita semua. Bahkan WHO mengatakan bahwa satu dari empat orang dunia akan mengalami gangguan mental setidaknya satu kali dalam kehidupannya. WHO juga mempublikasikan bahwa depresi diperkirakan akan menjadi penyebab ke-2 kelumpuhan dan kematian pada tahun 2020, serta beban nomor satu di tahun 2030 (sumber:Pijar Psikologi).
Bagi saya, Psikologi adalah salah satu ilmu yang menarik dan tak pernah habis bahannya untuk dipelajari. Bahasan yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Beruntung, beberapa hari lalu saya mendapat kesempatan mengikuti webinar tentang hal ini dalam event Grand Launching buku Pulih.

Foto. Pixabay
Komunitas literasi yang mewadahi kaum hawa, Ibu-ibu Doyan Nulis Interaktif (IIDN) lagi-lagi membuat event keren di bulan Oktober 2020 ini. Menggandeng dua ibu cantik pakar psikologi, Ibu Intan Maria Halim selaku founder Ruang Pulih dan dr. Maria Rini I, Sp.KJ, psikiater dengan suara yang bikin adem hati kami yang mendengarkan.
Ibu Intan dan dr. Maria benar-benar membuka wawasan kami pada hal yang sungguh sangat dekat dengan diri sendiri. Senang sekali bisa bergabung dalam bincang bersama beliau pada event ini. Kami jadi tahu, bahwa berdassrkan Riset Kesehatan Dasar 2013 prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia mencapai 1,7 per mil. Artinya, 1-2 orang dari 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Sayangnya, orang dengan gangguan jiwa berat tersebut yang mendapatkan layanan terapi oleh petugas kesehatan tak lebih dari 10%.
ANTARA WARNA DAN JIWA
Ruang Pulih bersama Ibu Intan Maria Halim datang menghadirkan solusi termudah dan terdekat dengan diri kita. Melalui selembar kertas bergambar mandala dan mengajak kami mnggunakan metode pendekatan warna untuk mengendalikan rasa pada jiwa kami masing-masing.
Satu metode yang jujur sudah saya lakukan sejak lama, sebelum tahu ilmunya saat ini dari Ibu Intan. Sering kali ketika saya mulai merasa jenuh, bosan atau kecewa, mengambil pensil warna dan mewarnai tak beraturan tak berbentuk pada kertas kosong sudah membuat saya bahagia dan perasaan negatif tadi berangsur hilang, mood kembali terjaga. Awalnya saya mengira karena memang kegemaran saya adalah melihat segala sesuatu yang berwarna-warni. Nyatanya, menurut Ibu Intan, setiap warna memang memiliki kekuatan yang mempengaruhi kejiwaan kita. Nah, cara ini bisa menjadi solusi termudah yang bisa kita terapkan di rumah untuk diri sendiri dan keluarga tercinta. Cobain, deh!
25 KISAH INSPIRATIF DALAM PULIH
Writing is healing. Waktu memang tak pernah menyembuhkan luka. Namun, luka selalu menemaniku melalui semua lukaku dan semua rasa kehilanganku. Aku mensugesti diriku untuk bangkit, untuk sembuh dan untuk kuat. Aku membaca banyak buku dan mengikuti banyak komunitas. Ternyata banyak ibu yang lebih menderita dari aku. Aaah… rasanya ingin menangis mendengar cuplikan isi buku ini. Semakin tak sabar membaca dan mempelajari banyak perjalanan hidup dari 25 penulis dalam buku Pulih ini. Banyak berkah untuk IIDN, Ibu Intan, dr. Marian dan 25 penulis hebat Pulih. Salam sehat dan sukses selalu!
#AntologiIIDN
#IIDNRuangPulih
-0 Comment-