MENGENAL LEBIH DEKAT BUDAYA MELALUI PROSA PADA BERI AKU CERITA YANG TAK BIASA
Kemarin, hujan deras setia menemani Kota Batu dan sekitarnya sejak azan Magrib mulai terdengar. Sempat ada kekhawatiran sinyal akan terganggu ketika kondisi seperti itu terus. Padahal, pukul 19.00 WIB komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) akan mengadakan webinar literasi budaya “Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa”. Saya pun terus berdoa dalam hati sembari mempersiapkan diri untuk menghadiri webinar tersebut. Kaos biru bergambar cover buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”, selendang nuansa etnik warna merah, dan tentu saja buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” sudah siap dalam genggaman semua. Ya, sebagai salah satu Elang Biru—sebutan untuk para penulis buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”, kami sepakat untuk mengenakan atribut kebanggaan kami tersebut selama webinar berlangsung.
Qodarullah, hujan berhenti ketika webinar dimulai. Semakin bersemangat sekaligus terharu ketika video book trailer “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” dan video launching buku di Perpusnas tanggal 21 Agustus 2022 lalu ditayangkan sebagai pembuka webinar. Seolah jiwa kembali berada di sana menikmati euforia rasa syukur yang tak terkatakan.
Webinar dibuka oleh Ketua Umum Ibu-Ibu Doyan Nulis, Widyanti Yuliandari atau yang biasa kami sebut Buketu. Beliau mengawali webinar dengan perkenalan diri dan komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). 109 peserta yang hadir pada webinar kemarin memang tidak semuanya dari komunitas IIDN, karena kegiatan ini terbuka untuk umum.
Mengenal Lebih Dekat dengan IIDN
Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) adalah komunitas literasi yang memiliki tujuan menjadi wadah bagi para penulis perempuan Indonesia. Sampai saat ini jumlah pesertanya mencapai 22 ribu anggota yang menyebar di seluruh penjuru Nusantara, bahkan di kuar negeri. Sesuai tagline komunitasnya ‘Aktif-Kreatif-Produktif’, IIDN terus mengajak anggotanya untuk selalu bergerak dan belajar. Untuk itu, IIDN senantiasa menghadirkan banyak kegiatan literasi seperti pelatihan-pelatihan, sharing session, dan kegiatan supporting lainnya. IIDN juga sering kali membagikan berbagai macam informasi peluang mendapatkan rezeki tambahan untuk para anggota melalui kerjasama-kerjasama yang dijalin bersama beberapa brand.
Mengapa IIDN Menulis Cerpen Budaya Filmis Nuswantara?
Dalam kesempatan itu juga, Buketu turut menyampaikan seputar cikal bakal pembuatan buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”. Meski bukan pertama kalinya untuk IIDN mengerjakan satu proyek literasi bertema budaya, tetapi untuk genre fiksi memang yang pertama. Tidak hanya merasa terpanggil untuk turut serta kembali mengangkat budaya melalui aksara, konsep mengenalkan budaya melalui balutan cerita pun dinilai sangat menarik dan dirasa akan lebih mudah dalam menyampaikan pesan penting yang tersirat dalam setiap budaya yang dituangkan dalam cerita. Bagi Buketu, penting bagi kita untuk berani membuka diri pada hal-hal yang baru.
Senang dan bangga ketika buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” mendapat sambutan baik dari para pembaca, beberapa pihak, bahkan para media.
Tidak hanya berbagi sekilas pengalaman beliau ketika mengangkat budaya masyarakat Pendalungan dalam cerita pendek berjudul ‘Dari Taneyan Lanjang Menuju Wageningen’ yang menjadi salah satu bagian dari “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”, Buketu juga menyampaikan satu materi yang mematahkan beberapa mitos penulisan fiksi.
Apa benar, menulis fiksi harus pintar mengkhayal? Tentu saja tidak, karena menurut Buketu menulis fiksi tetap harus logis, jadi riset harus tetap dijalankan alias tidak bisa asal mengkhayal.
Tips Menulis Fiksi Untuk Pemula ala Buketu:
1. Banyak membaca karya fiksi.
2. Melepas ekspektasi.
3. Menggunakan setting yang mudah dibayangkan.
4. Menggunakan bantuan video, foto, atau hal lain yang sekiranya dapat membantu proses penulisan.
5. Paling penting, jangan lupa berdoa!
Mengupas Makna Writerpreneur
Semesta kembali mendukung ketika pengampu Elang Nuswantara, Kirana Kejora atau yang biasa kami panggil Buk’e, dapat hadir memberikan banyak pencerahan seputar karya filmis dan writerpreneur.
Kalimat Buk’e ‘Writerpreneur bukan bagaimana cara menjual, tetapi bagaimana bisa menghadirkan buku yang layak baca’ langsung menancap dalam pikiran saya saat itu. Sepakat, tetapi tentu saja menjadikan PR besar buat kami semua para pejuang aksara, khususnya saya. Artinya memang saya harus selalu belajar dan terus belajar. Makanya, Buk’e selalu berpesan agar kami selalu menghadirkan nuansa filmis dalam setiap karya.
Tips Menghadirkan Tulisan Filmis ala Buk’e:
1. Tentukan ide cerita dengan jelas, membuat premis, logline, dan sinopsis.
2. Tulisan harus logis, jadi penulis wajib riset.
3. Ada konflik (sebab akibat) dalam cerita.
4. Olah diksi yang menggetarkan terutama pada kalimat pertama.
5. Ada sentuhan drama keluarga, romance, dan sisi spiritual.
6. Ada sedikit bumbu lucu dalam cerita (lucu tetapi bukan komedi).
7. Plot twist ending.
8. Perkuat karya tulis dengan membuat filmis book teaser dan filmis book trailer-nya.
Top Seller “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”
Dalam webinar juga memperkenalkan satu sosok perempuan hebat yang turut serta menulis dalam buku antologi cerpen budaya “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” dan berhasil menjual lebih dari 100 eksemplar.
Drg. Rahmi C. Mangi adalah ibu dua anak yang mengangkat budaya pada tahapan prosesi pernikahan adat Bugis. Beliau langsung tertarik bergabung pada kelas cerpen sekaligus mengikuti antologi cerpen budaya “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” karena menurutnya kemasan cerita fiksi dapat mempermudah upaya penyampaian pesan yang tersirat dalam setiap budaya yang sarat makna.
Tips Menarik Pembeli ala Drg. Rahmi C. Mangi:
1. Perbaiki niat, yaitu untuk menyampaikan pesan baik.
2. Menjaga komunikasi dengan semua teman.
Dalam kesempatan berharga saat webinar kemarin, Mbak Novarty selaku MC juga menyampaikan pengumuman pemenang dari Kompetisi Instagram Terbang Bersama Elang Biru, dan juga apresiasi pada beberapa penulis.
Tidak itu saja, webinar semakin meriah ketika games dan pembagian doorprize dilaksanakan. Para peserta webinar tambah senang dan bersemangat selama mengikuti dari awal hingga akhir. Terbukti, jumlah peserta masih bertahan di angka 101 meski acara akan berakhir, hampir tidak ada yang beranjak dari layar monitor zoom. Terpilih empat nama sebagai pemenang doorprize berupa buku-buku koleksi IIDN, satu sebagai penanya tercepat dan tiga orang lainnya berhasil menjawab pertanyaan MC dengan cepat dan tepat.
Menuju penghujung acara, webinar ditutup dengan informasi kompetisi liputan webinar dan juga informasi promo buku “Beri Aku Cerita yang tak Biasa”. Buat teman-teman yang penasaran dengan cerita yang tak biasa dalam buku tersebut bisa langsung dipesan pada panitia ataupun saya, mumpung masih harga promo.
Oiya, ada satu lagi bocoran informasi dari Buketu, lho! IIDN sesaat lagi akan kembali menulis bersama Kirana Kejora yang berkaitan dengan alam dan konservasi. Siapa, nih, yang tertarik bergabung? Nah, untuk kapan tepatnya bisa langsung cek ricek selalu informasi yang ada di Instagram https://instagram.com/ibuibudoyannulis?igshid=YmMyMTA2M2Y= dan https://instagram.com/elangnuswantara?igshid=YmMyMTA2M2Y=
Webinar pun ditutup dengan kalimat pamungkas dari masing-masing narasumber yang saya tuliskan pada gambar dengan profil beliau masing-masing di atas. Keesokan paginya, kami dapat surprise lagi dari tim panitia penyelenggara webinar. Mbak Flo selaku salah satu tim IIDN membagikan sertifikat kehadiran kami pada webinar malam itu. Whaaa gerak cepat tim IIDN keren sekali, yaa! Terima kasih, IIDN. Kami tunggu webinar-webinar menarik lainnya.
Terima kasih juga teman-teman yang sudah berkenan membaca liputan saya pada webinar “Menerbangkan Adikarya Nuswantara Melalui Bingkai Cerita yang Tak Biasa” yang diselenggarakan IIDN, semoga bermanfaat.
Salam Literasi
#LiterasiBudaya
-0 Comment-