Menerbangkan Karya, Membuanakan Jiwa Tanpa Ketaksaan
Menulis liputan webinar Jumat lalu https://hayholy.com/2022/10/08/mengenal-lebih-dekat-budaya-nusantara-melalui-cerita-yang-tak-biasa/ membuat saya kembali teringat kegiatan peluncuran tiga buku prosa budaya filmis yang sudah berjalan.
Jujur, sampai detik ini pun saya masih belum bisa move on dari perhelatan besar Elang Nuswantara yang digelar di Perpustakaan Nasional RI, pada tanggal 21 Agustus 2022. Peluncuran tiga buku prosa budaya berkonsep writerpreneur pada perhelatan besar itu berhasil membuat kami semua para elang yang terlibat dalam pembuatan buku tersebut merinding.
Pada awal lahirnya Elang Nuswantara yang diampu oleh Kirana Kejora, ada 18 pasukan Elang Putih bersama Karya Murni Publisher yang melahirkan buku “Pesan yang Belum Sampai”. Kemudian ada 47 Elang Merah bersama Miyaz Script Agency dan Dandelion Publisher yang melahirkan buku “Sang Mistikus Kasih”. Kemudian yang terbaru adalah 28 pasukan Elang Biru bersama Ibu-Ibu Doyan Nulis dan Wonderland Publisher yang melahirkan “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”.
Saya sendiri tergabung dalam Elang Biru, dengan karya cerpen yang berjudul Keraguan Kinanthi. Mengangkat makna salah satu tembang macapat—Kinanthi, dan juga salah satu prosesi pernikahan dengan adat Jawa, yaitu panggih. Bangga dan rasa haru menyelimuti hati saya dan teman-teman yang tergabung dalam Elang Nuswantara. Kami mendapat kesempatan untuk bisa kembali mengangkat budaya yang hampir tidak dikenal generasi Z karena tertutup oleh banyaknya peengaruh budaya luar. Menariknya lagi, cerita dikemas dalam balutan romansa fiksi yang indah tetapi mudah dicerna.
Saya dan juga teman-teman tidak pernah menyangka kegiatan peluncuran tiga buku prosa budaya ini akan berlangsung dengan cukup megah di auditorium Perpustakaan Nasional RI. Meski tidak semua Elang dapat hadir, tetapi mereka semua tetap bisa mengikuti dengan penuh haru melalui siaran langsung yang ada pada saluran youtube Ibu-Ibu Doyan Nulis. Apalagi saat video trailer berputar, pada bagian akhir tampak foto-foto para penulis di layar monitor yang sangat besar. Kami merasa semua hadir bersama di Perpusnas.
Mendapat dukungan penuh dari Direktorat Perlindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek, Fibi Jewelry, Makeupuccino, Stunniverse, Benik, Gendi Cake, Pocari Sweat, SNRockerZ, dan Gramedia, membuat langkah para Elang semakin mantap. Bahkan, U.S Library of Congress pun tertarik dan turut mendukung karya tulisan dengan sentuhan budaya. Tidak itu saja, begitu banyak media yang meliput juga, salah satunya adalah Harian Disway milik Bapak Dahlan Iskan.
Tagline Elang Nuswantara ‘Menerbangkan karya, membuanakan jiwa tanpa ketaksaan’ menjadi kekuatan kami untuk semakin semangat nguri-nguri budaya, mengungkap makna tersirat dari setiap pesan-pesan leluhur yang ada dalam setiap budaya Nusantara.
Cukup banyak teman sesama penulis yang menanyakan bagaimana bisa bergabung dengan Elang Nuswantara, dan jawabannya cukup mudah, yang penting adalah mau menulis tentang budaya. Dan, jangan lupa tentu saja follow instagram Elang Nuswantara, ikuti setiap postingannya, dan nantikan kegiatan-kegiatan selanjutnya.
Buku antologi budaya “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” yang dilahirkan oleh Elang Biru bersama Ibu-Ibu Doyan Nulis diawali dengan kelas cerpen yang diampu oleh Kirana Kejora bersama Riawany Elyta melalui rangkaian program IIDN Writing Academy. Beraneka macam pelatihan menulis yang dilaksanakan saat itu, baik yang gratis maupun yang berbayar. Nah, makanya jangan lupa follow juga instagram Ibu-Ibu Doyan Nulis, pasang alarm di pojok kanan atas, agar tidak ketinggalan informasi-informasinya, yaa.
Sampai jumpa pada program literasi budaya berikutnya, dan selamat menerbangkan karya, membuanakan jiwa tanpa ketaksaan melalui rangkaian aksara bermakna.
#literasibudaya
-0 Comment-